Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan

Kamis, 01 Juli 2021

BIMBEL VS SEKOLAH (ONLINE VS OFFLINE) DI TENGAH PANDEMI COVID-19 DAN GEBRAKAN MERDEKA BELAJAR

 

Gambar ilustrasi pembelajaran jarak jauh 

Pengahupusan Ujian Nasional (UN) yang dimulai tahun 2021 masih menyisakan tanda tanya dan keraguan di kalangan pelaku pendidikan baik dari pendidik (guru) maupun peserta didik. Ujian Nasional (UN) akan digantikan dengan Asesmen Kompetensi Minimal (AKM) dan Survei Karakater yang terdiri dari kemampuan literasi, numerasi dan penguatan pendidikan karakter dilakukan di tengah jenjang sekolah (4, 8, 11). Sebuah konsep yang menarik namun apakah efektif dan ada jaminan lebih baik?

Dunia pendidikan Indonesia dewasa ini sedang dalam ikhtiar perbaikan guna peningkatan layanan pendidikan yang berkualitas (quality education) dan penyamarataan kualitas pendidikan ke seluruh pelosok nusantara sebagaimana yang diamanahkan oleh Presiden Joko Widodo yaitu Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) dan seiring dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals). Penghapusan UN adalah salah satu gebrakan Menteri Pendididikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Republik Indonesia, Mas Nadiem Anwar Makarim dalam program Merdeka Belajar.

Konsep Merdeka Belajar menurut hemat penulis dapat dipersepsikan sebagai upaya untuk menciptakan suatu lingkungan belajar yang bebas untuk berekspresi dalam peningkatakan kualitas layanan pendidikan berdasarkan potensi lokal yang ada dan yang tidak kalah penting adalah bebas dari berbagai hambatan terutama tekanan psikologis. Terdapat empat gebrakan dalam program Merdeka Belajar yaitu pertama, sejak tahun 2020 USBN diselenggarakan di sekolah dalam bentuk tes tertulis atau bentuk lainnya seperti portofolio, karya tulis ilmiah dsb., kedua, mulai 2021 menggati UN dengan Asesmen Kompetensi Minimal dan Survei Karakter, ketiga, Penyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dimana guru diberi kebebasan dalam menentukan format RPP sederhana dengan tiga komponen penting Tujuan Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran, dan Asesmen, dan yang keempat, Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dengan sistem Zonasi yang lebih fleksibel yaitu Jalur Zonasi (50%), Afirmasi (15%), Perpindahan maks. (5%), dan jalur prestasi (0-30%) menyesuaikan kondisi sekolah masing-masing.

Dengan kebijakan baru ini, menimbulkan keresahan kepada sebagian kalangan terutama pelaku bisnis Bimbingan Belajar (Bimbel) karena banyak wali murid yang mendaftarkan putra-putrinya untuk ikut bimbingan belajar supaya mendapatkan materi tambahan dalam menyiapkan anaknya menghadapi UN. Meskipun tidak semua asumsi ini benar adanya, karena tidak sedikit orang tua yang mengirimkan anaknya ke lembaga layanan Bimbel ansih untuk memperkuat keilmuan dan menambah pengalaman belajar si anak agar memiliki nilai lebih yang tentunya untuk kebaikan anak itu sendiri. Sehingga semuanya tergantung bagaimana perspektif kita melihat sebuah fenomena ini. Eksistensi Bimbel di tengah gebrakan program Merdeka Belajar bisa jadi menjadi hal yang negative bagi mereka yang kurang lihai membaca peluang di masa depan karena bertujuan sebatas mendapatkan nilai sempurna ketika UN, namun bagi mereka yang mampu membaca peluang akan memanfaatkan Bimbel sebagai tambahan bekal si anak untuk meningkatkan kualitas diri dari bidang akademik maupun non-akademik.

 


Gambar ilustrasi komparasi alur daring vs luring

Di tengah pandemi COVID-19 dewasa ini, banyak sekali alternatif Bimbel yang semula dilaksanakan secara luring (offline) saat ini hijrah ke daring (online) karena harus mematuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah. Pertanyaannya apakah bimbel demikian efektif? Berbicara efektivitas pembelajaran offline dan online masing-masing memiliki keunggulan dan kekurangan. Semisal bagi mereka yang terkendala jarak dan waktu apalagi di tengah pandemi maka Bimbel online menjadi pilihan terbaik karena lebih fleksibel dan kita bebas memilih layanan bimbel online terbaik di Indonesia bahkan luar negeri sesuai dengan kemampuan masing-masing, namun kendala yang kerap dihadapi adalah ketersediaan fasilitas dan infrastruktur, karena masih banyak daerah di Indonesia yang masyarakatnya tidak memiliki layanan listrik apalagi jaringan Internet. Jika kita memilih Bimbel offline atau langsung tatap muka dengan tutor kita lebih leluasa belajar yang tidak sekedar transformasi ilmu namun juga nilai karakter dari pengajar, namun kelemahannya kita harus hadir secara fisik dan belum tentu di setiap daerah di Indonesia tersedia layanan Bimbel dengan kualitas yang baik.

Nah, bagaimana dengan peran sekolah disini? Apakah institusi pendidikan kita gagal atau kurang kompeten dalam mengedukasi peserta didiknya sehingga mereka harus mengambil langkah Bimbel di luar jam sekolah? Jawabannya “YA” dan “TIDAK JUGA”. Untuk Indonesia sendiri, penulis bisa menyampaikan lemahnya kompetensi guru di sekolah dalam memberikan pembelajaran dan pengajaran yang efektif dan optimal. Tidak jarang kita menemukan guru yang sekedar membaca atau bahkan memerintahkan untuk menulis tanpa memberikan keterangan yang komprehensif kepada peserta didik di kelas dengan metode dan model pembelajaran yang monoton cenderung membosankan. Jelas ini adalah persoalan yang tengah dihadapi Indonesia, diperparah dengan ekspektasi wali murid yang tinggi sehingga tidak ada pilihan lain bagi orang tua selain dengan memasukkan anaknya ke lembaga bimbel. Jika berbicara bimbel di negara maju seperti Amerika, Australia, Jepang dan lainnya, maka fungsi Bimbel akan jauh berbeda dengan lembaga bimbel yang ada di Indonesia karena mereka lebih fokus pada pengembangan hardskill dan softskill bukan mengulang atau membahas materi pelajaran di sekolah. Siapa yang harus bertanggung jawab dalam hal ini? Jawabnnya adalah kita semua.

Upaya apa saja yang perlu kita lakukan untuk perbaikan pelayanan pendidikan yang berkualitas? Pertama, pemerintah perlu memperbaiki sistem dan mekanisme pendidikan serta pembelajaran di lembaga pencetak guru atau pendidik dalam hal ini Perguruan Tinggi. Guru kita adalah produk Sistem Pendidikan yang terdapat di Perguruan Tinggi, tidak samanya standard kualitas sistem pendidikan menjadikan lulusannya beragam. Kedua, penguatan karakter pendidikan yang selama ini semakin merosot, karena tidak sedikit orang terdidik dan berpendidikan tidak memiliki jiwa pengabdian yang tinggi sehingga kurang sensitive terhadap kondisi pendidikan di sekitarnya. Jika semua dari kita memiliki kesadaran dan komitmen yang sama maka kita mampu mengawal perbaikan kualitas pendidikan Indonesia yang mampu mencetak generasi emas masa depan.

Dekandensi moral guru kita juga menjadi persoalan tersendiri dalam mendidik para murid di sekolah. Menurut UU no. 14 tahun 2005, “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.” Dari pengertian ini kita tahu bahwa guru berperan besar dari awal sampai akhir pembelajaran demi tercapainya tujuan pembelajaran. Namun selain faktor guru, banyak faktor lain yang mempengaruhi hasil dari proses pembelajaran tersebut. Menurut Sofyatiningrum (2001:45) “Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa tidak lepas dari dari faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa itu sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa yaitu faktor internal dan eksternal”. Faktor internal seperti jasmaniah, psikologi, minat, motivasi dan cara belajar. Faktor eksternal seperti faktor keluarga, sekolah dan masyarakat. Sehingga kita semua perlu bersama menguatkan peran masing-masing dengan meningkatkan kompetensi diri untuk perbaikan pendidikan dan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia.


Selasa, 02 Juni 2020

MEMBONGKAR KEBOHONGAN INDUSTRI TEMBAKAU DAN BAHAYA ROKOK




Indonesia menempati urutan ketujuh dengan jumlah penduduk perokok terbesar di dunia dengan Persentase mencapai 39.9 % atau sekitar 57 juta perokok aktif.

 

Tingginya konsumsi rokok ditengarai  bahwa Indonesia sebagai salah satu produsen rokok dengan budaya masyarakat gemar merokok, terutama kaum laki-laki.

Banyaknya iklan rokok, promosi besar-besaran serta kurangnya larangan mengonsumsi rokok di tempat umum memperparah keadaan, di mana asap rokok lebih membahayakan perokok pasif yang sudah membunuh lebih dari ratusan bayi prematur setiap tahunnya

 

Data dari Southeast Asia Tobacco Control Alliance (SEATCA) yang berjudul The Tobacco Control Atlas ASEAN Region, menunjukkan persentase remaja Indonesia berusia 13-15 tahun atau 19,4% adalah perokok. Angka tersebut merupakan yang tertinggi di negara ASEAN disusul Malaysia dengan 14,8% dan Filipina sebesar 14,5%.

 

Berdasarkan Riset dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dari total 70 Juta anak-anak Indonesia 37% atau setara dengan 25,9 juta anak adalah perokok. Jumlah tersebut diperkirakan akan terus mengalami kenaikan setiap tahunnya jika tidak ada tindakan pencegahan.

 

Sebagaimana dilansir dari kompas.com Cukai Rokok Sumbang Rp 153 Triliun ke Kas Negara pada tahun 2018. Dilemma memang, namun sebagaimana dirilis oleh CNN Indonesia tahun 2017 Rokok Bikin Ratusan Triliun Hangus untuk Biaya Kesehatan.

Ya, Rokok memang Penyumbang Devisa namun secara bersamaan juga penyebab Kerugian Negara di sektor Kesehatan.


Fakta-fakta yang diterbitkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO adalah

·     Tembakau membunuh hingga setengah dari penggunanya.

·   Tembakau membunuh lebih dari 8 juta orang setiap tahun. Lebih dari 7 juta kematian tersebut adalah perokok aktif, sementara sekitar 1,2 juta adalah perokok pasif.

·  Lebih dari 80% dari 1,3 miliar pengguna tembakau dunia tinggal di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

 

Saat ini, kita semua tidak bisa tinggal diam. Kita harus bertindak. Dunia tidak boleh menghasilkan generasi yang selalu tertipu oleh kebohongan industri tembakau, yang berpura-pura mempromosikan kebebasan dalam pilihan pribadi yang menjanjikan keuntungan abadi namun faktanya jutaan orang harus  membayar dengan nyawa karena ketamakan untuk devisa dan keuntungan belaka.

 

In the end of the day, the choices are in our hand. Now you choose yours!


Klil link video : https://www.youtube.com/watch?v=RthMG1FAwdE






Selasa, 19 Mei 2020

SANTRI MEMAKNAI HARI KEBANGKITAN NASIONAL

Hari Kebangkitan Nasional adalah hari dimana Rasa Semangat Persatuan dan Kesatuan dikumandangkan di tengah keberagaman untuk terus Bangkit memperjuangkan serta mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

 

Hari Kebangkitan Nasional ditandai dengan Berdirinya Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908 yang merupakan perkumpulan cendekiawan muda Indonesia dengan semangat heroiknya.

Secara historis Inisiatif ini dimotori oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo yang merasa gelisah dengan kondisi bangsa pada masanya. Sehingga terpanggil untuk menularkan semangat cita-cita luhur nan mulia kepada seluruh mahasiswa kedokteran yang menjadi cikal bakal kemunculan Budi Utomo dan mendapat sambutan baik oleh Gunawan Mangunkusumo, Sutomo, Cipto Mangunkusumo, dan teman-teman yang lain.

 

Kebangkitan nasional tak hanya digerakkan kaum laki-laki, tapi juga tak luput kontribusi perempuan negeri ibu pertiwi. Mereka ikut andil menyuarakan bahkan turun ke medan perang demi kemerdekaan dan kebebasan dari penjajahan. Mulai dari R.A. Kartini, Raden Dewi Sartika, Cut Nyak Dien, Nyi Ageng Serang dan lainnya yang berjuang mengorbankan nyawa demi sebuah cita-cita mulia. MERDEKA!


Tidak sedikit dari kita menolak memberikan sesuatu yang nyata dan berguna untuk bangsa hanya karena kita merasa terlalu muda? atau Tidak cukup dewasa? bahkan banyak yang berpikir itu BUKAN urusan kita melainkan pemerintah saja. A
patis! Ada apa dengan kita pemuda? Sampai kapan kita harus menunggu untuk berbuat sesuatu?

 

Kita semua perlu ingat dan merefleksikan nilai luhur perjuangan pahlawan kita, BAHWA

·      Perubahan Besar Dimulai dengan KEMAUAN BESAR untuk melakukan tindakan nyata yang bukan sekedar Retorika Logika dan bualan belaka.

·      Cita-Cita Luhur nan mulia harus ditularkan bukan disimpan dan dibiarkan membusuk dalam kekosongan tak bernyawa.

·      Dorongan untuk Bangkit harus terbentuk oleh Rasa Cinta bukan kekecewaan nyata yang berujung saling mencela. Karena INDONESIA rumah kita bersama.

·      INDONESIA dibangun di atas perbedaan Suku, Agama, Ras dan Antargolongan yang karenanya kita kaya dan berbeda namun tetap satu jua. Bhinneka Tunggal Ika.

·      Pemuda dari golongan cendekia harus memberikan Dampak yang Besar untuk kemajuan dengan segenap jiwa dan raga, bukan malah sebaliknya menjadi pemicu tindakan PREMANISME, ANARKISME berkedok NASIONALISME untuk bangsa katanya.

Hai bangsa INDONESIA, saatnya kita bangkit melawan penjajahan nyata yang sudah berubah rupa. Mulai dari media massa, media sosial sampai dengan konspirasi dan propaganda.

Saatnya kita bangkit memaksa diri dari REBAHAN menuju PERUBAHAN

Karena semua tidak semudah dengan sekedar kata namun AKSI NYATA.

INDONESIA! Selamat Hari Kebangkitan Nasional

 


Kamis, 07 Maret 2019

KEUTAMAAN DAN ALAMAN DI BULAN RAJAB


Sahabat budiman sekalian, banyak amalan yang bisa  dilakukan untuk mendapatkan kebaikan sepanjang bulan Rajab. Kita akan merugi apabila tidak memanfaatkan kesempatan ini dengan mengamalkannya, karena Rajab merupakan bulan mulia, bulannya Allah SWT.

Bulan Rajab menjadi salah satu bulan suci selain bulan Ramadhan.
Di bulan Rajab menjadi bulan dimana Rasulullah SAW mendapatkan perintah untuk menunaikan ibadah salat 5 waktu pada peristiwa Isra’Mi’raj. Oleh karena itulah, pada bulan Rajab, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak amalan sunah, salah satunya adalah Puasa Rajab.

Puasa tanggal 1 Rajab sama dengan menghapus dosa 3 tahun.
Puasa tanggal 2 sama dengan menghapus dosa 2 tahun.
Puasa tanggal 3 sama dengan menghapus dosa 1 tahun.
Puasa tanggal 4 menghapus dosa selama 1 bulan. Yang dimaksud dosa disini adalah dosa-dosa kecil saja. Akan tetapi, ulama menganjurkan untuk menunaikan puasa Rajab di 10 hari pertama.

Adapun pahala dari banyaknya hari puasa juga berbeda.

Dalam sebuah hadits disebutkan pahala 1 hari puasa bagaikan 1 bulan puasa, 2 hari di awal bulan Rajab seakan ibadah selama 2 tahun, bagi yang mengerjakan puasa 3 hari berturut-turut maka pahalanya seperti ibadah 70 tahun, jika 7 hari ditutupkan pintu neraka, 8 hari puasa akan dibukakan pintu surga, dan 10 hari akan dikabulkan seluruh keinginannya.

Adapun niat puasa bulan rajab sebagai berikut:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ فِى شَهْرِ رَجَبِ سُنَّةً ِللهِ تَعَالَى

Nawaitu sauma ghadin fi syahri rojabi sunatan lillahi ta'alaa.
“Niat saya puasa esok hari pada bulan rajab Sunnah karena Allah SWT”




Ketika memasuki bulan Rajab, sangat dianjurkan membaca doa khusus yang biasa diucapkan oleh umat Islam. Yaitu, Allaahumma baariklanaa fii Rajaba wa Sya’baana Wa Ballighnaa Ramadhana. Yang artinya: “Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban ini, dan sampaikanlah umur kami bertemu Ramadhan.”

Salah satu keutamaan bulan Rajab adalah pahala yang akan diberikan untuk orang yang melakukan puasa di bulan ini.

Pertama, memperbanyak membaca istighfar. Janganlah banyak bicara bukan karena dzikir kepada Allah, karena bisa menyebabkan hatinya keras. Bila hidupnya susah, amalan istighfar bisa mengangkat kesusahan kita. 

Bulan Rajab sebagai bulan istighfar karena Allah akan mengampuni seberapa pun banyak dosa kita. Indonesia banyak tertimpa musibah dan cobaan sehingga kita perlu memperbanyak sabar dan menegakkan shalat karena sabar dan shalat sebagai penolongmu.

Kedua, dalam suatu riwayat disebutkan, “Bagi yang tidak mampu berpuasa agar memperoleh pahala puasa di bulan Rajab, maka hendaknya setiap hari ia membaca tasbih berikut 100 kali:

Subhanal Ilâhil Jalîl, Subhâna Man Lâ Yanbaghit Tasbîhu Illâ Lahu, Subhânal A’azzil Akram, Subhâna Man Labisal ‘Izzi Wa Huwa Lahu Ahlun.

“Mahasuci Tuhan Yang Maha Agung, Mahasuci yang tak layak bertasbih kecuali kepada-Nya, Mahasuci Yang Maha Agung dan Maha Mulia, Mahasuci Yang Menyandang keagungan dan hanya Dia yang layak memilikinya.”

Ketiga, di bulan Rajab telah diturunkan perintah sholat, maka jangan tinggalkan shalat. Ibadah sholat, adalah ibadah istimewa. Semua ibadah bagus, dari sekian banyak ibadah yang paling istimewa adalah sholat

Keempat, di bulan Rajab jauhi maksiat. Bagi siapapun yang sering melakukan maksiat dan perbuatan tidak terpuji lainnya, sebaiknya menjauhi diri dari hal-hal negatif tersebut baik dari mata, mulut, kaki dan tangan serta anggota tubuh lainnya.

Kelima, di bulan Rajab harus memperbanyak Shodakoh, agar berkah. Karena dengan shodakoh kita akan dijauhkan dari malapetaka, dipanjangkan umur dan kebaikan dalam hidup.

Keenam, Rasululah saw bersabda: “Barangsiapa yang membaca di bulan Rajab Istighfar berikut sebanyak 100 kali dan mengakhirnya dengan bersedekah, Allah akan mengakhirinya dengan rahmat dan maghfirah. Barangsiapa yang membacanya 400 kali, Allah memcatat baginya pahala 100 syuhada’:

Astaghfirullâha Lâilaha Illa Huwa Wahdahu Lâ Syarîkalah, Wa Atûbu Ilaihi.
“Aku memohon ampun kepada Allah, tiada Tuhan kecuali Dia Yang Maha Esa, Yang tiada sekutu bagi-Nya, aku bertaubat kepada-Nya.”

Ketujuh, Membaca Lailâha illallâh (1000 kali). Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang membaca di bulan Rajab Lâilâha illallâh sebanyak seribu kali , Allah mencatat baginya seratus ribu kebaikan dan membangunkan baginya seratus kota di surga.”




Sumber: kompilasi dari berbagai sumber

Selasa, 29 Januari 2019

MASYARAKAT 5.0 (SOCIETY 5.0)


Apa itu Masyarakat 5.0?

Definisi: "Masyarakat yang berpusat pada manusia untuk menyeimbangkan kemajuan ekonomi dengan penyelesaian masalah sosial dengan sistem yang sangat mengintegrasikan ruang dunia maya dan ruang fisik."


Masyarakat 5.0 diusulkan dalam Rencana Dasar Sains dan Teknologi ke-5 sebagai masyarakat masa depan yang harus dicita-citakan oleh Jepang. Ini mengikuti masyarakat berburu (Masyarakat 1.0), masyarakat pertanian (Masyarakat 2.0), masyarakat industri (Masyarakat 3.0), dan masyarakat informasi (Masyarakat 4.0).
Mencapai Masyarakat 5.0

Dalam masyarakat informasi (Masyarakat 4.0), berbagi pengetahuan dan informasi lintas bagian tidak cukup, dan kerja sama itu sulit.

Karena ada batasan untuk apa yang dapat dilakukan orang, tugas menemukan informasi yang diperlukan dari meluapnya informasi dan menganalisanya adalah suatu beban, dan tenaga kerja serta ruang lingkup tindakan dibatasi karena usia dan berbagai tingkat kemampuan. Juga, karena berbagai pembatasan pada isu-isu seperti penurunan angka kelahiran dan populasi yang menua dan depopulasi lokal, sulit untuk merespons secara memadai.

Reformasi sosial (inovasi) dalam Masyarakat 5.0 akan mencapai masyarakat berwawasan ke depan yang memecah rasa stagnasi yang ada, masyarakat yang anggotanya saling menghormati satu sama lain, melampaui generasi, dan masyarakat di mana setiap orang dapat memimpin kehidupan yang aktif dan menyenangkan.











Bagaimana Masyarakat 5.0 bekerja

Masyarakat 5.0 mencapai tingkat konvergensi yang tinggi antara ruang maya (ruang virtual) dan ruang fisik (ruang nyata). Dalam masyarakat informasi masa lalu (Masyarakat 4.0), orang akan mengakses layanan cloud (basis data) di dunia maya melalui Internet dan mencari, mengambil, dan menganalisis informasi atau data.

Di Masyarakat 5.0, sejumlah besar informasi dari sensor di ruang fisik terakumulasi di dunia maya. Di dunia maya, data besar ini dianalisis dengan kecerdasan buatan (AI), dan hasil analisis diumpankan kembali ke manusia dalam ruang fisik dalam berbagai bentuk.

Dalam masyarakat informasi masa lalu, praktik umum adalah mengumpulkan informasi melalui jaringan dan dianalisis oleh manusia. Namun, di Masyarakat 5.0, orang, benda, dan sistem semuanya terhubung di dunia maya dan hasil optimal yang diperoleh AI melebihi kemampuan manusia diumpankan kembali ke ruang fisik. Proses ini membawa nilai baru bagi industri dan masyarakat dengan cara yang sebelumnya tidak mungkin.

Masyarakat 5.0 Menyeimbangkan Pembangunan Ekonomi dan Memecahkan Masalah Sosial

Dapat dikatakan bahwa lingkungan di sekitar Jepang dan dunia berada dalam era perubahan yang drastis. Ketika ekonomi tumbuh, kehidupan menjadi makmur dan nyaman, permintaan energi dan bahan makanan meningkat, umur menjadi lebih lama, dan masyarakat lanjut usia semakin maju. Selain itu, globalisasi ekonomi mengalami kemajuan, persaingan internasional menjadi semakin parah, dan masalah-masalah seperti konsentrasi kekayaan dan ketidaksetaraan regional tumbuh. Masalah sosial yang harus diselesaikan dalam oposisi (sebagai tradeoff) untuk pembangunan ekonomi tersebut menjadi semakin kompleks. Di sini, berbagai langkah telah menjadi perlu seperti pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK), peningkatan produksi dan pengurangan kehilangan bahan makanan, pengurangan biaya yang terkait dengan masyarakat yang menua, dukungan industrialisasi berkelanjutan, redistribusi kekayaan, dan koreksi ketidaksetaraan regional, tetapi mencapai pembangunan ekonomi dan solusi untuk masalah sosial pada saat yang sama telah terbukti sulit dalam sistem sosial saat ini.


Dalam menghadapi perubahan besar di dunia, teknologi baru seperti IoT, robot, AI, dan data besar, yang semuanya dapat memengaruhi jalannya masyarakat, terus mengalami kemajuan. Jepang berupaya menjadikan Society 5.0 kenyataan sebagai masyarakat baru yang menggabungkan teknologi-teknologi baru ini di semua industri dan kegiatan sosial dan mencapai pembangunan ekonomi dan solusi untuk masalah-masalah sosial secara paralel.

Pengembangan Ekonomi dan Solusi untuk Masalah Sosial di Masyarakat 5.0

Dalam Masyarakat 5.0, nilai baru yang diciptakan melalui inovasi akan menghilangkan kesenjangan regional, usia, jenis kelamin, dan bahasa dan memungkinkan penyediaan produk dan layanan yang dirancang khusus untuk beragam kebutuhan individu dan kebutuhan laten. Dengan cara ini, akan mungkin untuk mencapai masyarakat yang dapat mempromosikan pembangunan ekonomi dan menemukan solusi untuk masalah sosial.


Namun, mencapai masyarakat seperti itu tidak akan tanpa kesulitan, dan Jepang bermaksud untuk menghadapi mereka secara langsung dengan tujuan menjadi yang pertama di dunia sebagai negara yang menghadapi masalah menantang untuk menghadirkan model masyarakat masa depan.



Contoh Nilai Baru di Setiap Bidang

Contoh nilai baru di setiap bidang diperkenalkan di tujuan tautan.

Mobilitas / Kesehatan dan pengasuhan / Pabrikan / Pertanian / Makanan / Pencegahan Bencana / Energi

Masyarakat 5.0 Akan Membawa Tentang Masyarakat yang Berpusat pada Manusia

Dalam masyarakat sampai sekarang, suatu prioritas pada umumnya telah ditempatkan pada sistem sosial, ekonomi, dan organisasi dengan hasil bahwa kesenjangan telah muncul dalam produk dan layanan yang diterima individu berdasarkan kemampuan individu dan alasan lainnya. Sebaliknya, Society 5.0 mencapai konvergensi lanjutan antara ruang maya dan ruang fisik, memungkinkan AI berbasis data besar dan robot untuk melakukan atau mendukung sebagai agen pekerjaan dan penyesuaian yang telah dilakukan manusia hingga saat ini. Ini membebaskan manusia dari pekerjaan dan tugas rumit sehari-hari yang tidak mereka kuasai dengan baik, dan melalui penciptaan nilai baru, hal ini memungkinkan penyediaan hanya produk dan layanan yang diperlukan untuk orang-orang yang membutuhkannya pada saat dibutuhkan. , dengan demikian mengoptimalkan seluruh sistem sosial dan organisasi.

Ini adalah masyarakat yang berpusat pada setiap orang dan bukan masa depan yang dikendalikan dan dipantau oleh AI dan robot.

Mencapai Masyarakat 5.0 dengan atribut-atribut ini akan memungkinkan tidak hanya Jepang tetapi dunia juga untuk mewujudkan pembangunan ekonomi sambil memecahkan masalah sosial utama. Ini juga akan berkontribusi untuk memenuhi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang didirikan oleh PBB.


Jepang bertujuan untuk menjadi negara pertama di dunia yang mencapai masyarakat yang berpusat pada manusia (Masyarakat 5.0) di mana siapa pun dapat menikmati kehidupan berkualitas tinggi yang penuh semangat. Ini bermaksud untuk mencapai ini dengan menggabungkan teknologi canggih di berbagai industri dan kegiatan sosial dan mendorong inovasi untuk menciptakan nilai baru.

Source: https://www8.cao.go.jp/cstp/english/society5_0/index.html

Sabtu, 24 November 2018

GURU (BUKAN) PAHLAWAN TANPA TANDA JASA?


Masihkah relevan sebuah slogan yang menyebutkan "Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa" atau mungkin masih banyak diantara kita misintrepretasi slogan ini. 


Sebelumnya apa yang kita pahami arti seorang guru? 

Sederhananya guru adalah seorang pengajar yang mentransfer ilmunya kepada anak didiknya. Namun ada juga yang mendefinisikan bahwa guru itu "digugu lan ditiru" (dipercaya dan diikuti). 

Faktanya dewasa ini tidak semua guru dapat dipercaya dan ditauladani. Tidak sedikit guru yang cacat moral dan spiritual seiring dengan perkembangan zaman, teknologi dan informasi dimana guru kita dengan mudahnya terekspos pada hal negatif di dunia maya yang dapat membentuk pribadinya. Karena tidak hanya anak didik kita yang "vulnerable" atas perkembangan zaman, termasuk juga guru didalamnya. 

Tidak semua yang menjadi guru karena atas dasar panggilan hati dan jiwanya. 

Berdasarkan konteks yang saya pahami guru terbagi menjadi tiga dilihat dari perspektif umum dan agama:

1. Teacher as A Job
Karena saat ini pekerjaan guru cukup menjanjikan dengan segala fasilitas dan penghasilan yang diperoleh (PNS), walaupun tidak sedikit guru swasta yang masih 'struggling' dengan pemenuhan kebutuhan hidupnya yang lebih besar dari penghasilan yang didapat (hidup standard rata-rata). Namun disini banyak ditemukan guru yang belum kompeten dan terpanggil bahwa guru adalah keinginan hatinya, bisa jadi karena tidak ada pilihan lain yang bisa dikerjakan. Akhirnya menjadi guru adalah pilihan yang tidak diinginkan. Sangat disayangkan jika ini terjadi.

2. Teacher as A Profession
Guru sebagai profesi yang saya maksud adalah guru profesional. Mengajar dengan kemampuan dan keahlian dalam bidang yang dia ajarkan. Pada fase ini guru sudah kompeten mengajar bidang yang diampu. Oleh karenanya pemerintah untuk meningkatkan kompetensi guru menyelenggarakan Pendidikan Profesi Guru (PPG) yang sebelumnya dinamakan PLPG.

Pada posisi ini guru sudah dikategorikan baik dan profesional dalam mengajar namun sekedar mengajar profesional belum dengan hati, sekedar menyampaikan ilmu dan pengalaman yang dimiliki (Just teach not educate). 

3. Teacher as A Passion
Menjadi Guru karena Passion akan membentuk kepribadian guru yang baik karena selain setiap guru berusaha menjadi seorang profesional juga akan ikut andil dalam mendidik anak-didiknya menjadi orang yang lebih baik. Guru ini akan senantiasa meng-upgrade kompetensi diri dan mendidik semua anak didiknya dengan ketauladanan. Guru yang inspiratif dan profesional. 

Dalam perspektif atau kacamata Islam yang saya pahami, guru memiliki tiga dimensi fungsi:

1. Sebagai seorang Mu'allim  Seorang Mu'allim lebih berkonsentrasi kepada ilmu akal. Hanya sebatas "Transfer of Knowledge". Guru sekedar mengajarkan apa yang dia ketahui. Tidak jarang kita mendengar para guru berkata "Yang penting saya mengajar, masalah dia nakal saya tidak begitu peduli, karena kalau saya tindak (hukuman fisik) dampak nya negatif pada diri saya". 

2. Sebagai seorang Murabbi
Seorang Murabbi mengacu kepada pendidik yang tidak hanya mengajarkan suatu ilmu tetapi dalam waktu yang sama mencoba mendidik rohani, jasmani, fisik, dan mental anak didiknya untuk menghayati dan mengamalkan ilmu yang telah dipelajari.

Murabbi berkonsentrasi pada penghayatan suatu ilmu, sekaligus membentuk kepribadian, sikap dan kebiasaan anak didiknya atau kita sebut "transfer of values". Jadi, tugas "Muallim" banyak melayang di "akal" namun tugas Murabbi melayang di "hati". Sehingga selalu berusaha mencari cara untuk mendidik anak-anak nya

3. Sebagai Seorang Mujahid
Dalam Islam, istilah Mujahid diartikan sebagai seorang Pejuang yang berperang di jalan Allah. Seorang guru juga seorang Mujahid yang berjuang memberantas kebodohan dan kebobrokan akhlaq generasi masa depan yang jauh lebih berbahaya dari pada perang fisik.

Sehingga guru harus berjuang sungguh-sungguh dalam mengajarkan hal positif pada anak didiknya karena inilah perjuangan sesungguhnya untuk membangun peradaban bangsa dengan diiringi doa tulus ikhlas untuk kesuksesan anak didiknya di setiap doa yang dipanjatkan. 

Oleh karenanya di Pesantren ilmu tidak sekedar diajarkan namun dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari melalui ketauladanan para Kyai dan Ustadz serta Ustadzah.

Jika disebutkan bahwa Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa, menurut saya tidak tepat, karena torehan prestasi bangsa ini adalah buah hasil tanda jasa para guru. Tanda jasa mereka tidak sekedar benda fisik melainkan benda hidup yang selalu berevolusi memberikan kontribusi untuk negeri ini.

Selamat Hari Guru (HGN) 2018
Selamat menjalankan tugas Mulia
Salam perjuangan


Paiton, 25 Nopember 2018
MJB

Rabu, 07 November 2018

LAILY FITRY : ISLAM YANG MALAS


"Islam yang Malas"
by Laily Fitry 
Ini thread berisi renungan saya tentang ekspresi keislaman Indonesia akhir-akhir ini. Terutama menyangkut kasus bendera hitam & kematian PMI Tuti Tursilawati di tangan Saudi Arabia.
Apa itu Islam yang Malas/Islam Pemalas? Islam Pemalas adalah cara ber-Islam yang dilakukan oleh sebagian Muslim dg berlandaskan kepada garis perbedaan konfliktual antara 'kita' & 'mereka'. Terdapat beberapa ciri-ciri Islam Pemalas, diantaranya:
1. Ekspresi keIslaman yang hanya ditampakkan dalam praktek fiqh saja, namun melupakan praktek etisnya. Contoh, memelihara janggut dengan alasan sunnah namun kendor dalam menyuarakan keadilan sosial bagi semua.
2. Ekspresi keIslaman yang hanya muncul dalam simbolisasi namun absen dalam pembangunan makna yang substantif. Contoh, 'hijrah' yang hanya dimaknai sebagai mengonsumsi produk 'halal' & berpakaian 'syar'i' namun terlupakan makna asal 'hijrah' sebagai kehidupan bersama dengan mereka yang berbeda.
3. Ekspresi keIslaman yang hanya mengekor apa yang terjadi di bagian dunia lain tanpa kontekstualisasi & kritisisme mendasar. Contoh, mengadopsi penderitaan Muslim Palestina yang terjajah dalam konteks Indonesia di mana Muslim berkuasa.
Dan 4. Ekspresi keIslaman yang mengeksploitasi tradisi Islam, & bukannya memperkaya tradisi Islam melalui pemikiran-pemikiran serius. Contoh, pengagungan poligami sebagai 'sunnah Nabi' tanpa pengetahuan mendalam tentang bagaimana & mengapa poligami muncul pada awalnya.
Jadi, Islam Pemalas adalah ekspresi Islam yang malas karena penganut Islam Pemalas hanya mau berteriak lantang bahwa dia adalah Muslim tanpa mau menguras energi otak untuk berpikir tentang Islam itu sendiri. Bagi mereka Islam seperti ayam goreng dalam kotak: tinggal dibuka, siap dikonsumsi.
Kontroversi bendera hitam kmrin adalah satu contoh Islam Pemalas. Pendukung kontroversi itu mementingkan simbol & melupakan makna. Mereka enggan bersusah-payah mencari tahu soal sejarah simbol yang mereka agungkan. Yang penting garis antara 'kita' & 'mereka' jelas adanya. Peduli setan dengan sejarah & etika
Diamnya sebagian Muslim Indonesia soal kematian Tuti adalah contoh lain dari Islam Pemalas. Tuti tak dibela karena membela Tuti berarti mengecam Saudi, simbol kosong lainnya dari Islam Pemalas.
Membela Tuti juga berarti memeras otak untuk memahami bagaimana bisa ada otoritas 'suci' Islam yang jahatnya seperti neraka (Saudi Arabia). Maklum, karena dalam dunia hitam-putih Muslim Pemalas 'kita' (Muslim) selalu benar, & selain kita selalu salah.
Nyawa Tuti menjadi tak berarti karena kematiannya berada dalam wilayah abu-abu simbolisasi agama. Sama posisinya dengan korban perang di Yaman. Ketika simbol jadi kuasa, maka tampilan luarlah yang menjadi tolak ukur utama. Etika dibuang keluar jendela.
Obat penyakit 'Islam Pemalas' ini berat adanya. Budaya membaca, berdiskusi, & beradab-etika adalah solusinya. Dibutuhkan kemauan untuk berpikir & bertanya terus-menerus. untuk memeluk semua wilayah abu-abu & menerima beda. Tapi, inshAllah sedikit demi sedikit kita bisa.
(L, Notre Dame).