Kamis, 29 Juni 2023

CINTAI DAN SYUKURI TUBUH KITA, STOP BODY SHAMING!

         

(gambar ilustrasi body shaming. credit to google)

Perkenankan saya mengawali tulisan ini dengan mengucapkan “Stop body shaming”. Kita harus bersama mengkampanyekan tindakan yang merugikan dan membahayakan ini. Seringkali, ketika kita sedang asyik kumpul bersama teman dan bercanda gurau terkadang ada saja hal negatif yang bisa terjadi. Contoh saling sindir yang tadinya bermaksud sekedar gurauan, belum tentu diartikan sama oleh mereka yang menjadi bahan tertawaan. Tindakan bullying bukan hanya berbicara soal perbuatan fisik semata, tetapi juga secara verbal atau lewat kata-kata. Salah satu tindakan bullying verbal yang kerap kali tidak kita sadari adalah perilaku body shaming. Istilah ini menggambarkan perilaku seseorang yang gemar mengomentari bahkan menyindir rekannya dengan bentuk tubuh berbeda-baik terlalu kurus maupun berbadan gemuk.  Sekilas kita mungkin menganggap komentar tersebut hanyalah candaan biasa, namun kebiasaan ini ternyata bisa berdampak fatal bagi perkembangan psikologi seseorang.

Hal senada pernah menimpa pada seorang perempuan berusia 17 tahun bernama Harriet Walsh. Seperti yang dilansir dari DailyMail.co.uk, ia tewas gantung diri setelah tidak sanggup menerima ejekan dari rekan-rekan sekolahnya. Sepanjang hidupnya ia selalu mendapatkan komentar negatif akan paras wajah dan bentuk tubuhnya yang gemuk. Tindakan yang umum terjadi pada kaum hawa ini sepertinya sudah tidak dapat lagi dianggap sebelah mata. Jika kebiasaan tersebut terulang kembali, artinya tidak menutup kemungkinanan kasus yang sama menimpa orang-orang di sekitar kita. Tidakkah sangat berharga nilai nyawa seseorang? Begitu burukkah ketika mereka menjadi diri mereka sendiri? Sangat disayangkan ketika perilaku ini mewabah di masyarakat kita bahkan di media online yang tidak terkontrol. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui beragam fakta seputar body shaming;

1.      Menurunkan Rasa Percaya Diri Seseorang

Setiap perempuan memiliki bentuk tubuh yang beragam, baik mereka yang bertubuh sexy seperti biola atau gemuk, hingga tomboi. Ironisnya, terkadang mereka yang merasa memiliki tubuh sempurna justru menyudutkan temannya dan menyindir dengan ejekan. Keadaan ini bisa membuat rasa percaya dirinya kian menurun dan enggan bertemu dengan orang. Padahal, dukungan moral dari keluarga maupun teman adalah kunci terbaik untuk meningkatkan rasa percaya diri seseorang.

2.      Berujung Pada Depresi

Penampilan fisik adalah hal sensitif bagi perempuan. Mereka mudah tersinggung ketika mulai membicarakan kekurangan fisik, baik dari bagian tubuh hingga wajah. Keadaan ini justru perlu kita waspadai jika terus berlangsung karena kemungkinan terjadinya depresi. Akibatnya, kasus bunuh diri yang pernah menimpa Harriet bisa sangat mungkin terjadi kembali.

3.      Menjalankan Pola Diet Ekstrim

Bagi pemilik tubuh gemuk bisa jadi menerapkan program diet ekstrim yang sangat tidak baik bagi kesehatan tubuh. Apalagi jika berat badan turun secara signifikan dalam waktu cepat. Akibatnya, kemungkinan mereka mengalami anorexia menjadi kian besar. Sebaliknya, bagi mereka yang bertubuh terlalu kurus bisa menjadi kalap makan dan mengakibatkan obesitas. Hal ini yang menyebabkan edukasi dan pemahaman tentang pola hidup maupun diet seimbang sangat penting.

4.      Body Shaming Tindakan Bullying

Kasus bullying yang terjadi dewasa ini menjadi sorotan public. Komentar negatif tentang bentuk tubuh seseorang secara verbal termasuk dalam kategori bullying. Ironisnya tindakan ini paling umum terjadi dan dilakukan oleh orang-orang terdekat. 

5.      Salah Memaknai Sebuah Kecantikan

Banyak orang yang bertubuh gemuk ataupun terlalu kurus menjadi semakin tidak percaya diri ketika mereka melihat sosok perempuan di media sosial. Paras wajah cantik dan bentuk tubuh seperti jam pasir membuat mereka menjadi kian iri melihatnya. Padahal, saat ini banyak ajang pemilihan model bertubuh curvy yang tidak kalah populer. Kita harus mulai singkirkan semua bentuk stereotype dan perasaan minder yang membuat kita kehilangan momen berharga dalam kehidupan ini. Kecantikan bukan sekadar berbicara tentang fisik semata, tetapi juga pikiran dan perbuatan kita.

Tanamkan persepsi positif bahwa setiap perempuan cantik dengan segala keunikan yang kita punya, Cintai dan Syukuri Tubuh kita. Stop body shaming!.

 

Kamis, 01 Juli 2021

BIMBEL VS SEKOLAH (ONLINE VS OFFLINE) DI TENGAH PANDEMI COVID-19 DAN GEBRAKAN MERDEKA BELAJAR

 

Gambar ilustrasi pembelajaran jarak jauh 

Pengahupusan Ujian Nasional (UN) yang dimulai tahun 2021 masih menyisakan tanda tanya dan keraguan di kalangan pelaku pendidikan baik dari pendidik (guru) maupun peserta didik. Ujian Nasional (UN) akan digantikan dengan Asesmen Kompetensi Minimal (AKM) dan Survei Karakater yang terdiri dari kemampuan literasi, numerasi dan penguatan pendidikan karakter dilakukan di tengah jenjang sekolah (4, 8, 11). Sebuah konsep yang menarik namun apakah efektif dan ada jaminan lebih baik?

Dunia pendidikan Indonesia dewasa ini sedang dalam ikhtiar perbaikan guna peningkatan layanan pendidikan yang berkualitas (quality education) dan penyamarataan kualitas pendidikan ke seluruh pelosok nusantara sebagaimana yang diamanahkan oleh Presiden Joko Widodo yaitu Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) dan seiring dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals). Penghapusan UN adalah salah satu gebrakan Menteri Pendididikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Republik Indonesia, Mas Nadiem Anwar Makarim dalam program Merdeka Belajar.

Konsep Merdeka Belajar menurut hemat penulis dapat dipersepsikan sebagai upaya untuk menciptakan suatu lingkungan belajar yang bebas untuk berekspresi dalam peningkatakan kualitas layanan pendidikan berdasarkan potensi lokal yang ada dan yang tidak kalah penting adalah bebas dari berbagai hambatan terutama tekanan psikologis. Terdapat empat gebrakan dalam program Merdeka Belajar yaitu pertama, sejak tahun 2020 USBN diselenggarakan di sekolah dalam bentuk tes tertulis atau bentuk lainnya seperti portofolio, karya tulis ilmiah dsb., kedua, mulai 2021 menggati UN dengan Asesmen Kompetensi Minimal dan Survei Karakter, ketiga, Penyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dimana guru diberi kebebasan dalam menentukan format RPP sederhana dengan tiga komponen penting Tujuan Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran, dan Asesmen, dan yang keempat, Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dengan sistem Zonasi yang lebih fleksibel yaitu Jalur Zonasi (50%), Afirmasi (15%), Perpindahan maks. (5%), dan jalur prestasi (0-30%) menyesuaikan kondisi sekolah masing-masing.

Dengan kebijakan baru ini, menimbulkan keresahan kepada sebagian kalangan terutama pelaku bisnis Bimbingan Belajar (Bimbel) karena banyak wali murid yang mendaftarkan putra-putrinya untuk ikut bimbingan belajar supaya mendapatkan materi tambahan dalam menyiapkan anaknya menghadapi UN. Meskipun tidak semua asumsi ini benar adanya, karena tidak sedikit orang tua yang mengirimkan anaknya ke lembaga layanan Bimbel ansih untuk memperkuat keilmuan dan menambah pengalaman belajar si anak agar memiliki nilai lebih yang tentunya untuk kebaikan anak itu sendiri. Sehingga semuanya tergantung bagaimana perspektif kita melihat sebuah fenomena ini. Eksistensi Bimbel di tengah gebrakan program Merdeka Belajar bisa jadi menjadi hal yang negative bagi mereka yang kurang lihai membaca peluang di masa depan karena bertujuan sebatas mendapatkan nilai sempurna ketika UN, namun bagi mereka yang mampu membaca peluang akan memanfaatkan Bimbel sebagai tambahan bekal si anak untuk meningkatkan kualitas diri dari bidang akademik maupun non-akademik.

 


Gambar ilustrasi komparasi alur daring vs luring

Di tengah pandemi COVID-19 dewasa ini, banyak sekali alternatif Bimbel yang semula dilaksanakan secara luring (offline) saat ini hijrah ke daring (online) karena harus mematuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah. Pertanyaannya apakah bimbel demikian efektif? Berbicara efektivitas pembelajaran offline dan online masing-masing memiliki keunggulan dan kekurangan. Semisal bagi mereka yang terkendala jarak dan waktu apalagi di tengah pandemi maka Bimbel online menjadi pilihan terbaik karena lebih fleksibel dan kita bebas memilih layanan bimbel online terbaik di Indonesia bahkan luar negeri sesuai dengan kemampuan masing-masing, namun kendala yang kerap dihadapi adalah ketersediaan fasilitas dan infrastruktur, karena masih banyak daerah di Indonesia yang masyarakatnya tidak memiliki layanan listrik apalagi jaringan Internet. Jika kita memilih Bimbel offline atau langsung tatap muka dengan tutor kita lebih leluasa belajar yang tidak sekedar transformasi ilmu namun juga nilai karakter dari pengajar, namun kelemahannya kita harus hadir secara fisik dan belum tentu di setiap daerah di Indonesia tersedia layanan Bimbel dengan kualitas yang baik.

Nah, bagaimana dengan peran sekolah disini? Apakah institusi pendidikan kita gagal atau kurang kompeten dalam mengedukasi peserta didiknya sehingga mereka harus mengambil langkah Bimbel di luar jam sekolah? Jawabannya “YA” dan “TIDAK JUGA”. Untuk Indonesia sendiri, penulis bisa menyampaikan lemahnya kompetensi guru di sekolah dalam memberikan pembelajaran dan pengajaran yang efektif dan optimal. Tidak jarang kita menemukan guru yang sekedar membaca atau bahkan memerintahkan untuk menulis tanpa memberikan keterangan yang komprehensif kepada peserta didik di kelas dengan metode dan model pembelajaran yang monoton cenderung membosankan. Jelas ini adalah persoalan yang tengah dihadapi Indonesia, diperparah dengan ekspektasi wali murid yang tinggi sehingga tidak ada pilihan lain bagi orang tua selain dengan memasukkan anaknya ke lembaga bimbel. Jika berbicara bimbel di negara maju seperti Amerika, Australia, Jepang dan lainnya, maka fungsi Bimbel akan jauh berbeda dengan lembaga bimbel yang ada di Indonesia karena mereka lebih fokus pada pengembangan hardskill dan softskill bukan mengulang atau membahas materi pelajaran di sekolah. Siapa yang harus bertanggung jawab dalam hal ini? Jawabnnya adalah kita semua.

Upaya apa saja yang perlu kita lakukan untuk perbaikan pelayanan pendidikan yang berkualitas? Pertama, pemerintah perlu memperbaiki sistem dan mekanisme pendidikan serta pembelajaran di lembaga pencetak guru atau pendidik dalam hal ini Perguruan Tinggi. Guru kita adalah produk Sistem Pendidikan yang terdapat di Perguruan Tinggi, tidak samanya standard kualitas sistem pendidikan menjadikan lulusannya beragam. Kedua, penguatan karakter pendidikan yang selama ini semakin merosot, karena tidak sedikit orang terdidik dan berpendidikan tidak memiliki jiwa pengabdian yang tinggi sehingga kurang sensitive terhadap kondisi pendidikan di sekitarnya. Jika semua dari kita memiliki kesadaran dan komitmen yang sama maka kita mampu mengawal perbaikan kualitas pendidikan Indonesia yang mampu mencetak generasi emas masa depan.

Dekandensi moral guru kita juga menjadi persoalan tersendiri dalam mendidik para murid di sekolah. Menurut UU no. 14 tahun 2005, “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.” Dari pengertian ini kita tahu bahwa guru berperan besar dari awal sampai akhir pembelajaran demi tercapainya tujuan pembelajaran. Namun selain faktor guru, banyak faktor lain yang mempengaruhi hasil dari proses pembelajaran tersebut. Menurut Sofyatiningrum (2001:45) “Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa tidak lepas dari dari faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa itu sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa yaitu faktor internal dan eksternal”. Faktor internal seperti jasmaniah, psikologi, minat, motivasi dan cara belajar. Faktor eksternal seperti faktor keluarga, sekolah dan masyarakat. Sehingga kita semua perlu bersama menguatkan peran masing-masing dengan meningkatkan kompetensi diri untuk perbaikan pendidikan dan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia.


Kamis, 04 Juni 2020

CARA MEMBUAT RAMUAN HERBAL PENINGKAT IMUNITAS MENCEGAH DARI COVID19



RAMUAN HERBAL "JAKUSIS"
(Jahe, Kulit Jeruk, Sirih dan Serai)
Tanaman herbal diyakini ampuh mencegah virus Corona atau Covid-19 yang saat ini sedang menjadi pandemi dunia, termasuk Indonesia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebetulnya menegaskan, hingga saat ini belum ada penelitian dan bukti klinis yang menyatakan bahwa tanaman herbal atau obat tradisional dapat mengatasi penyakit Covid-19.  Meski demikian, tanaman herbal disebut dapat meningkatkan daya tahan tubuh.

Untuk diketahui, meningkatkan daya tahan tubuh atau sistem imunitas berkaitan dengan upaya pencegahan terinfeksi. Selain itu, jika daya tahan tubuh baik, pasien yang terinfeksi virus juga dapat melawan virus jahat di tubuhnya dan memulihkan kondisi kesehatannya.

Selain itu, untuk menjaga khasiatnya, herbal harus diolah dengan baik dan benar. Pengolahan yang tidak tepat justru dapat menurunkan dan menghilangkan zat-zat aktif yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh.

Berikut adalah cara pembuatan ramuan herbal untuk meningkatkan Stamina Tubuh agar kebal dari Virus termasuk COVID-19
Bahan: - Daun Sirih - Jahe - Daun Serai - Kulit Jeruk - Gula - Air Minum Steril Cara Membuat: - Cuci Bersih semua Bahan - Potong/Geprek/Parut/Iris sesuai selera Jahe - Potong sedang Daun Serai - Panaskan Air setelah setengah Mendidih masukkan Daun Sirih - Setelah Air Mendidih sempurna masukkan semua Sisa Bahan tadi ( Jahe, Daun Serai, Kulit Jeruk) - Setelah sekitar 15 menit digodok dengan Api 90°C matikan Kompor - Campurkan Gula secukupnya, jangan terlalu banyak (agar rasa herbalnya lebih terasa) - Dinginkan Wedang / Ramuan tadi hingga hangat kuku - Masukkan Ramuan tadi ke dalam Botol kemasan dan sajikan dalam keadaan hangat SELAMAT MENCOBA DAN SEMOGA BERMANFAAT KARYA SANTRI PONDOK PESANTREN NURUL JADID PAITON PROBOLINGGO JAWA TIMUR

DIY CARA PEMBUATAN DISINFEKTAN SENDIRI DI RUMAH



CARA PEMBUATAN CAIRAN DISINFEKTAN SENDIRI

Di tengah pandemi COVID-19 ini, ketersediaan disinfektan cukup terbatas dan harganya cukup mahal sedangkan kita harus secara rutin disinfeksi area atau benda-benda yang berada di sekitar rumah, sekolah atau perkantoran serta tempat umum yang seringkali berinteraksi fisik dengan banyak orang sehingga kita perlu waspada untuk sterilisasi untuk menghindari droplet covid19 yang kemungkinan tertinggal di benda-benda dimaksud dan berpotensi menjadi perantara menyebarnya virus dari satu orang ke orang lainnya.

Berikut ini adalah cara sederhana bagaimana cara kita membuat cairan disinfektan mandiri di rumah dengan bahan yang sering kita gunakan untuk mengepel lantai, juga harganya yang terjangkau serta mudah sekali dibuatnya.

Untuk membuat cairan disinfektan sendiri di rumah berikut beberapa hal yang harus diperhatikan sebagai berikut: Bahan: 10 sdm Cairan Pembersih Lantai Wipol 2 sdm Superpel 1 Liter Air Bersih 1 Botol Semprot Cara Pembuatan: - Campurkan semua bahan Cairan di atas dalam 1 Liter Air Bersih - Aduk Rata sampai bercampur secara menyeluruh - Masukkan Campuran Cairan tadi ke dalam Botol Semprot - Cairan Disinfektan siap dipakai Selamat Mencoba Karya Santri Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo Jawa Timur

CARA PEMBUATAN HAND SANITIZER DARI BAHAN ALAM MURNI


CARA PEMBUATAN HAND SANITIZER DARI BAHAN ALAM MURNI "DASI JENI" (Daun Sirih & Jeruk Nipis) Merebaknya isu virus corona COVID-19 membuat publik merespon dengan sikap yang beragam. Di Indonesia, pasca Presiden Joko Widodo mengumumkan kasus pertama virus corona yang menjangkit dua warga depok, sontak masker dan hand sanitizer menjadi langka di pasaran. Kelangkaan dua barang tersebut membuat masyarakat panik, meskipun ada harganya melambung tinggi dan sangat tidak terjangkau sehingga melahirkan kepanikan yang kian memburuk. Oleh karena itu, sebagai santri kami berupaya untuk membuat Hand Sanitizer sendiri dari bahan alami yaitu herbal, selain murah dan sangat mudah didapat. Hand sanitizer yang kami buat diberi nama DASI JENI merupakan kepanjangan dari Dauh Sirih dan Jeruk Nipis. Bahan: 50 gram daun sirih hijau Air Jeruk nipis 20 ml Air Mineral 40 ml ekstrak sirih 5-10 ml air jeruk nipis Air Minerla 100 ml Proses Pembuatan: 1. Daun sirih dicuci dan ditiriskan, 2. Daun Sirih dipotong kecil dan timbang 50 g, 3. Masukkan daun sirih yang sudah dipotong ke wadah dan tambahkan air matang sejumlah 200 - 300 ml sampai sirih terendam. 4. Siapkan panci berisi air. Letakkan diatas kompor. Nyalakan api kecil 5. Masukkan wadah berisi sirih dan air matang tadi ke dalam panci berisi air tersebut. 6. Panaskan pada suhu 90 derajat celcius selama 30 menit 7. Dinginkan rebusan daun sirih kemudian disaring. 8. Tambahkan air sampai 200 ml 9. Untuk pembuatan 300 ml hand sanitizer tambahkan jeruk nipis 10. Campur rata, saring dengan saringan dan masukkan ke dalam botol semprot Semoga Bermanfaat dan Selamat Mencoba ! Karya SANTRI PONDOK PESANTREN NURUL JADID PAITON PROBOLINGGO JAWA TIMUR

Selasa, 02 Juni 2020

MEMBONGKAR KEBOHONGAN INDUSTRI TEMBAKAU DAN BAHAYA ROKOK




Indonesia menempati urutan ketujuh dengan jumlah penduduk perokok terbesar di dunia dengan Persentase mencapai 39.9 % atau sekitar 57 juta perokok aktif.

 

Tingginya konsumsi rokok ditengarai  bahwa Indonesia sebagai salah satu produsen rokok dengan budaya masyarakat gemar merokok, terutama kaum laki-laki.

Banyaknya iklan rokok, promosi besar-besaran serta kurangnya larangan mengonsumsi rokok di tempat umum memperparah keadaan, di mana asap rokok lebih membahayakan perokok pasif yang sudah membunuh lebih dari ratusan bayi prematur setiap tahunnya

 

Data dari Southeast Asia Tobacco Control Alliance (SEATCA) yang berjudul The Tobacco Control Atlas ASEAN Region, menunjukkan persentase remaja Indonesia berusia 13-15 tahun atau 19,4% adalah perokok. Angka tersebut merupakan yang tertinggi di negara ASEAN disusul Malaysia dengan 14,8% dan Filipina sebesar 14,5%.

 

Berdasarkan Riset dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dari total 70 Juta anak-anak Indonesia 37% atau setara dengan 25,9 juta anak adalah perokok. Jumlah tersebut diperkirakan akan terus mengalami kenaikan setiap tahunnya jika tidak ada tindakan pencegahan.

 

Sebagaimana dilansir dari kompas.com Cukai Rokok Sumbang Rp 153 Triliun ke Kas Negara pada tahun 2018. Dilemma memang, namun sebagaimana dirilis oleh CNN Indonesia tahun 2017 Rokok Bikin Ratusan Triliun Hangus untuk Biaya Kesehatan.

Ya, Rokok memang Penyumbang Devisa namun secara bersamaan juga penyebab Kerugian Negara di sektor Kesehatan.


Fakta-fakta yang diterbitkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO adalah

·     Tembakau membunuh hingga setengah dari penggunanya.

·   Tembakau membunuh lebih dari 8 juta orang setiap tahun. Lebih dari 7 juta kematian tersebut adalah perokok aktif, sementara sekitar 1,2 juta adalah perokok pasif.

·  Lebih dari 80% dari 1,3 miliar pengguna tembakau dunia tinggal di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

 

Saat ini, kita semua tidak bisa tinggal diam. Kita harus bertindak. Dunia tidak boleh menghasilkan generasi yang selalu tertipu oleh kebohongan industri tembakau, yang berpura-pura mempromosikan kebebasan dalam pilihan pribadi yang menjanjikan keuntungan abadi namun faktanya jutaan orang harus  membayar dengan nyawa karena ketamakan untuk devisa dan keuntungan belaka.

 

In the end of the day, the choices are in our hand. Now you choose yours!


Klil link video : https://www.youtube.com/watch?v=RthMG1FAwdE