Langsung ke konten utama

2 SANTRI PROBOLINGGO BERHASIL BAWA PULANG MEDALI DI TINGKAT NASIONAL

Dok. Pribadi 

Bandung – Perhelatan Pekan Olahraga dan Seni antar Pondok Pesantren tingkat Nasional (POSPENAS) Ke-VIII tahun 2019 yang dimulai sejak tanggal 25-30 November 2019 di Bandung Jawa Barat telah usai. Kabupaten Probolinggo mengutus 5 santrinya mewakili Jawa Timur pada Cabang Seni (Cani) dan Cabang Olahraga (Cabor) meliputi Seni Kriya (Tarmizi Nur), Lompat Jauh Putra (Moh. Da'ifullah) dan Lompat Jauh Putri (Adhelia Fitri Dwi Hapsari) dari PP. Nurul Jadid untuk Stand Up Comedy Putri (Alifia Putri Ayu Azhari) dari PP. Zainul Hasan Genggong dan Tolak Peluru Putra (Lukmanul Hakim) dari PP. Darut Tauhid Patemon Krejengan. Di POSPENAS ke-VIII hanya 2 santri Kabupaten Probolinggo yang berhasil membawa pulang medali Emas dari Cabor Tolak Peluru Putra atas nama Lukmanul Hakim dan medali Perunggu dari Cabor Lompat Jauh Putra atas nama Moh. Da'ifullah. Mereka berdua telah berhasil mengharumkam dan membanggakan nama Kabupaten Probolinggo dan Pondok Pesantren di kancah Nasional, ini juga merupakan bukti bahwa santri bisa bersaing dan berprestasi.


Sumber : https://www.pospenas2019.com 

Kompetisi bergengsi ini merupakan ajang yang ditunggu-tunggu oleh seluruh Pondok Pesantren se Indonesia selama 3 tahun sekali. Kontingen Jawa Timur merupakan peserta terbanyak dengan jumlah 210 atlet namun hasil akhir menempatkan Provinsi Jawa Timur pada urutan ke 3 dari 34 Provinsi dengan perolehan medali emas sebanyak 10, perak 14, perunggu 16 sebagai peraih medali terbanyak dengan total 40 medali setelah Jawa Barat (Juara Umum) dengan medali emas 16, perak 7, perunggu 7 total 30 medali dan Banten urutan kedua dengan perolehan medali emas  12, perak 10 dan perunggu 7 total 29.

Lukman (16) sapaan akrab Lukmanul Hakim adalah putra pasangan suami istri Sujono dan almarhum Nurhayati, warga Desa Temenggungan, Kecamatan Krejengan, ini mengaku bangga dengan capaiannya dalam Pospenas. Ia juga mengaku tidak percaya bisa menjadi juara di olah raga tolak peluru di tingkat nasional.

“Tidak menyangka kalau saya akan menjadi juara nasional. Saya hanya semangat dan terus berlatih. Alhamdulillah, apa yang saya impikan tercapai,” tutur Lukman, saat disambut kedatangannya di pesantren Darut Tauhid, Senin (2/12/2019).

Sedangkan Moh. Da'ifullah (13) yang biasa dipanggil Dai itu merasa Bangga dan bersyukur atas capaiannya walaupun hanya dapat Perunggu namun dia bangga bisa melewati limit lompatan terjauhnya.

"Alhamdulillah saya bersyukur dengan capaian ini walaupun tidak dapat emas tapi saya bisa mencetak lompatan terjauhnya saya selama ini," ujar Daí ketika ditemui di sekolahnya MTs Negeri 1 Probolinggo.

Bapak Drs. H. Sholehuddin, M.Pd.I selaku Kasi. Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD PONTREN) Kantor Kemenag Kabupaten Probolinggo merasa bangga dan berterimakasih kepada santri yang telah berjuang mengharumkam nama Kabupaten Probolinggo dan Jawa Timur di tingkat Nasional. Semoga prestasi ini bisa menginspirasi dan memotivasi santri juga pemuda lainnya untuk juga berprestasi di bidang masing-masing sehingga kedepan akan semakin banyak atlet dan seniman yang lahir dari Pondok Pesantren di Kabupaten Probolinggo. (mjb)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

'Kitab' Sutasoma, Asal Muasal 'Bhinneka Tunggal Ika'

Kakawin Sutasoma - Indonesia Space Research Mungkin masih banyak di antara kita yang belum mengenal betul asal muasal Bhinneka Tunggal Ika, sebuah slogan yang fenomenal dan selalu menjadi rujukan serta pengingat kita untuk tetap bersatu dalam keberagaman bangsa ini. Dalam artikel kali ini, saya telah mengutip dari berbagai referensi yang mengupas tentang Asal Muasal Bhinneka Tunggal Ika. Enjoy Reading Everyone...! Indonesia punya semboyan 'Bhinneka Tunggal Ika' yang memiliki arti 'berbeda-beda tetapi tetap satu'. Semboyan itu menjadi moto bangsa Indonesia yang melambangkan persatuan di tengah keberagaman Indonesia. Sebenarnya frasa 'Bhinneka Tunggal Ika' telah tercipta jauh sebelum Indonesia merdeka. Bahkan penciptanya pun bukan seorang pejuang kemerdekaan. 'Bhinneka Tunggal Ika' adalah sebuah frasa yang terdapat dalam Kakawin Sutasoma. Kakawin sendiri berarti syair dengan bahasa Jawa kuno. Kakawin Sutasoma merupakan karangan Mpu T...

CANDI JABUNG: PENINGGALAN RAJA HAYAM WURUK, RAJA MAJAPAHIT

RAJA Hayam Wuruk yang bergelar Sri Raja sanagara naik takhta kerajaan Majapahit di usia belia, yakni 16 tahun. Informasi yang di himpun dari berbagai sumber menyebutkan, Empu Prapanca dalam kitabnya Negarakertagama mengatakan wilayah Majapahit sangat luas. Pada masa Hayam Wuruk, kebudayaan dan kesusastraan berkembang pesat. Sejumlah candi sebagai tempat pemujaan atau peribadatan  di bangun. Misalnya, Candi Penataran, Candi  Tikus, Candi Sawentar, dan Candi Bujang Ratu. Termasuk Candi Jabung yang berada di wilayah Kabupaten Probolinggo. Dikisahkan, beberapa bulan setelah dinobatkan menjadi raja, Hayam Wuruk berniat mengunjungi wilayah kekuasaannya di timur pulau Jawa. Niatan ini muncul setelah Hayam Wuruk mengadakan semedi. Di dalam semedinya itu ia melihat suatu daerah yang potensial untuk  di kembangkan. Daerah tersebut berada di timur ibu kota Majapahit. Diutarakanlah rencana ini kepada Patih Gajah  Mada. Patih yang terkenal dengan sumpah Palapanya itu...

MASYARAKAT 5.0 (SOCIETY 5.0)

Apa itu Masyarakat 5.0? Definisi: "Masyarakat yang berpusat pada manusia untuk menyeimbangkan kemajuan ekonomi dengan penyelesaian masalah sosial dengan sistem yang sangat mengintegrasikan ruang dunia maya dan ruang fisik." Masyarakat 5.0 diusulkan dalam Rencana Dasar Sains dan Teknologi ke-5 sebagai masyarakat masa depan yang harus dicita-citakan oleh Jepang. Ini mengikuti masyarakat berburu (Masyarakat 1.0), masyarakat pertanian (Masyarakat 2.0), masyarakat industri (Masyarakat 3.0), dan masyarakat informasi (Masyarakat 4.0). Mencapai Masyarakat 5.0 Dalam masyarakat informasi (Masyarakat 4.0), berbagi pengetahuan dan informasi lintas bagian tidak cukup, dan kerja sama itu sulit. Karena ada batasan untuk apa yang dapat dilakukan orang, tugas menemukan informasi yang diperlukan dari meluapnya informasi dan menganalisanya adalah suatu beban, dan tenaga kerja serta ruang lingkup tindakan dibatasi karena usia dan berbagai tingkat kemampuan. Juga, karena...