Langsung ke konten utama

TIG4 3MPAT | Kisah Kemanusiaan di atas Perbedaan

SINOPSIS FILM KEMANUSIAAN
"TIG4 3MPAT"

Adam (Adam Muloh) anak seorang polisi, bapak Iskandar, memiliki cita-cita untuk menjadi seperti bapaknya sejak kecil sampai pada akhirnya dia ikut tes seleksi kepolisian. Ketika proses seleksi Adam bertemu dengan Brigpol. Luthfi (Luthfi Agung Prihadi, S.H.) di Surabaya yang mengenal baik mendiang ayahnya. Itu adalah tahun 2007, saat Adam baru lulus SMA di Probolinggo. Proses seleksi yang ketat dan sangat disiplin sesuai dengan SOP kepolisian membuat Adam, yang memiliki sifat sedikit feminim, tertekan dan gugup. Alhasil, Adam gagal dalam seleksi, dia kecewa dan semakin sakit ketika perkataan Pak Luthfi yang membandingkan dirinya dengan mendiang Ayahnya.

Setelah tahun berganti, Adam pun tumbuh dan merubah identitasnya menjadi sosok Tamara yang telah menjadi pilihan hidupnya serta telah membuatnya nyaman dengan identitas yang selama ini dia tutupi dari orang lain. Tamara yang pintar, baik hati dan  jiwa sosial yang tinggi mendedikasikan dirinya dalam kegiatan sosial kemasyarakatan sebagai bentuk kepedulian terhadap bangsa dan negara sebagaimana prinsip Tribrata dan Catur Prasetya yang mendiang Ayahnya ajarkan sejak kecil.

Sampai suatu ketika Abin, anak didik privatnya, jatuh sakit dan mengidap penyakit Thalasemia minor (merupakan kelainan pada darah) yang membutuhkan Donor darah dan ternyata golongan darah Abin adalah AB resus negatif yang merupakan golongan darah langka. Sedangkan anggota keluarga Abin tidak ada yang memiliki golongan darah yang cocok kecuali Tamara. Tamara sebagai guru private yang telah menganggap Abin seperti anak sendiri menawarkan diri untuk mendonorkan darahnya. Namun hati Tamara berkecamuk ketika tau bahwa Abin adalah anak dari Brigpol. Luthfi, Polisi yang telah menyakitinya ketika seleksi kepolisian dulu, sehingga Tamara menjadi ragu.
Namun Nilai-nilai luhur Tribrata dan catur prasetya yang mendiang Ayahnya ajarkan kembali membuka hati dan pikiran Tamara untuk senantiasa berbuat kebaikan dan menjunjung tinggi kemanusiaan.

Sejak kejadian itu, Tamara belajar bahwa untuk mengabdi dan membela bangsa ini tidak perlu menjadi seorang polisi karena yang terpenting adalah bagaimana kita mampu mengamalkan Nilai-nilai luhur yang ada. Karena polisi sesungguhnya adalah Mereka yang memiliki nilai dalam dirinya. Akhirnya, brigpol. Luthfi dan Istrinya berterimakasih atas kebaikan yang dilakukan Tamara kepada Abin. Tamara pun kemudian dianggap sebagai bagian dari keluarga tersebut. Sedangkan ajaran yang ditanamkan oleh institusi kepolisian Republik Indonesia terus menjadi inspirasi Tamara dan banyak orang lainnya di Indonesia untuk Terus mengabdi dan menyebarkan Nilai-nilai kebaikan pada sesama demi kedaulatan bangsa dan negara.

BTS - TIG4 3MPAT

Suasana di balik layar proses pembuatan film pendek sederhana untuk meramaikan karya anak bangsa

Kami berkarya untuk menyebarkan pesan perdamaian, persatuan dan kesatuan dalam keberagaman. Mengangkat nilai kemanusiaan dengan penuh kesadaran

Surabaya, 12 Juni 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

'Kitab' Sutasoma, Asal Muasal 'Bhinneka Tunggal Ika'

Kakawin Sutasoma - Indonesia Space Research Mungkin masih banyak di antara kita yang belum mengenal betul asal muasal Bhinneka Tunggal Ika, sebuah slogan yang fenomenal dan selalu menjadi rujukan serta pengingat kita untuk tetap bersatu dalam keberagaman bangsa ini. Dalam artikel kali ini, saya telah mengutip dari berbagai referensi yang mengupas tentang Asal Muasal Bhinneka Tunggal Ika. Enjoy Reading Everyone...! Indonesia punya semboyan 'Bhinneka Tunggal Ika' yang memiliki arti 'berbeda-beda tetapi tetap satu'. Semboyan itu menjadi moto bangsa Indonesia yang melambangkan persatuan di tengah keberagaman Indonesia. Sebenarnya frasa 'Bhinneka Tunggal Ika' telah tercipta jauh sebelum Indonesia merdeka. Bahkan penciptanya pun bukan seorang pejuang kemerdekaan. 'Bhinneka Tunggal Ika' adalah sebuah frasa yang terdapat dalam Kakawin Sutasoma. Kakawin sendiri berarti syair dengan bahasa Jawa kuno. Kakawin Sutasoma merupakan karangan Mpu T...

CANDI JABUNG: PENINGGALAN RAJA HAYAM WURUK, RAJA MAJAPAHIT

RAJA Hayam Wuruk yang bergelar Sri Raja sanagara naik takhta kerajaan Majapahit di usia belia, yakni 16 tahun. Informasi yang di himpun dari berbagai sumber menyebutkan, Empu Prapanca dalam kitabnya Negarakertagama mengatakan wilayah Majapahit sangat luas. Pada masa Hayam Wuruk, kebudayaan dan kesusastraan berkembang pesat. Sejumlah candi sebagai tempat pemujaan atau peribadatan  di bangun. Misalnya, Candi Penataran, Candi  Tikus, Candi Sawentar, dan Candi Bujang Ratu. Termasuk Candi Jabung yang berada di wilayah Kabupaten Probolinggo. Dikisahkan, beberapa bulan setelah dinobatkan menjadi raja, Hayam Wuruk berniat mengunjungi wilayah kekuasaannya di timur pulau Jawa. Niatan ini muncul setelah Hayam Wuruk mengadakan semedi. Di dalam semedinya itu ia melihat suatu daerah yang potensial untuk  di kembangkan. Daerah tersebut berada di timur ibu kota Majapahit. Diutarakanlah rencana ini kepada Patih Gajah  Mada. Patih yang terkenal dengan sumpah Palapanya itu...

MASYARAKAT 5.0 (SOCIETY 5.0)

Apa itu Masyarakat 5.0? Definisi: "Masyarakat yang berpusat pada manusia untuk menyeimbangkan kemajuan ekonomi dengan penyelesaian masalah sosial dengan sistem yang sangat mengintegrasikan ruang dunia maya dan ruang fisik." Masyarakat 5.0 diusulkan dalam Rencana Dasar Sains dan Teknologi ke-5 sebagai masyarakat masa depan yang harus dicita-citakan oleh Jepang. Ini mengikuti masyarakat berburu (Masyarakat 1.0), masyarakat pertanian (Masyarakat 2.0), masyarakat industri (Masyarakat 3.0), dan masyarakat informasi (Masyarakat 4.0). Mencapai Masyarakat 5.0 Dalam masyarakat informasi (Masyarakat 4.0), berbagi pengetahuan dan informasi lintas bagian tidak cukup, dan kerja sama itu sulit. Karena ada batasan untuk apa yang dapat dilakukan orang, tugas menemukan informasi yang diperlukan dari meluapnya informasi dan menganalisanya adalah suatu beban, dan tenaga kerja serta ruang lingkup tindakan dibatasi karena usia dan berbagai tingkat kemampuan. Juga, karena...